Sebuah angka menjadi sangat berarti jika angka tersebut memiliki nilai yang sangat berarti. Semisal angka dari 0 sampai 9 tak ada artinya jika hanya berada dalam satu kesatuan. Semisal dalam hal jual beli angka 0 sampai 9 akan digunakan dalam hal perhitungan jual beli berapa yang harus di bayar, berapa harus dikembalikan, dan berapa persen yang akan menjadi untung atau rugi.
Dalam ajaran islam sudah memberikan ilmu perhitungan dari zaman dahulu. Saat zaman aristoteles angka yang digunakan adalah angka yang sangat rumit (bisa dicari sumbernya di internet), saat itu pada peradaban kekhalifahan Abbasiyah dan saat pemerintahan Abu Harun Ar- Rasyid ada salah seorang yang sangat pintar menterjemahkan buku- buku yaitu Al- Khawarizmi. Yang juga disebut bapak Aljabar walau tidak banyak diulas pada sejarah Matematika dibanyak buku yang diterbitkan di Universitas Barat, tetapi banyak karyanya yang menjadikan gebrakan baru dalam ilmu Perhitungan, dan ilmu Hisab.
Memang banyak yang dapat dipelajar tentang ilmu matematika, walaupun tidak banyak disukai oleh siswa dan mahasiswa kebanyakan. Di Indonesia jam mempelajari ilmu matematika di sekolah menengah pertama dan atas melebihi jam pelajaran yang ada di negara Malaysia dan Singapura. Alhasil yang memiliki banyak prestasi adalah 2 negara lebih sedikit berkutat dengan ilmu tersebut. Lalu apa yang menyebabkan itu terjadi? Pengajaran yang menjadi inti pokok dari semua aspek ilmu termasuk matematika. Memang banyak yang men-judge bahwa matematika itu hanya teori belaka, tidak ada dikehidupan nyata, semua abstrak. Memang betul matematika itu ilmu abstraksi jika tidak diterapkan dengan baik memang menjadi ilmu teori saja. Banyak sekolah dewasa ini, menerapkan ilmu matematika dalam penerapannya itu menjadi nilai plus yang ada di negara kita. Tetapi dikarenakan nilai akhir itu adalah Nilai Ujian Nasional dan Nilai Seleksi Masuk Perguruan Tinggi, mindset guru mengajarkan siswanya menjadi terburu- buru untuk menguasai antar bab. So, alhasil siswa menjadi kewalahan diajak lari maraton.
Semua ini menjadi pr kita bersama generasi pemuda dan tetua penerus bangsa yang akan membangun bangsa Indonesia lebih maju dan tidak maju mundur, maju mundur saja. Memang kelinieran positif merupakan grafik yang akan meningkat dalam suatu keuntungan perusahaan. Itu juga yang harus dilakukan bangsa ini dan warganya, saling memperbaiki bahu membahu dalam membangun peradaban bermoral dan berestetika dalam pendidikan. Bahu membahu bukan diartikan untuk menjual aset Bangsa Indonesia yang tidak terlihat, seperti semua dikuasai warga asing. Bahu membahu dari intern itu lebih penting, banyak anak bangsa yang berprestasi, berkarya, dan tidak kalah dengan warga asing dalam hal kemampuan lah semuanya saja hidup di dunia yang sama dan di galaksi yang sama. Mengapa kita harus pasrah? Ayo semangat untuk menuntut ilmu ? Tunjukkan pada Dunia? Ini lo Indonesia!!
0 komentar:
Posting Komentar